Pengertian Bruto Dan Neto Dalam Pajak

Definisi Bruto dan Neto

Bruto dan Neto adalah dua istilah yang sering digunakan dalam perhitungan pajak. Bruto mengacu pada jumlah total pendapatan atau nilai tanpa memperhitungkan potongan atau pengurangan apapun. Sementara itu, Neto adalah jumlah pendapatan atau nilai setelah dipotong dengan semua pengurangan yang diperlukan.

Untuk lebih memahami perbedaan antara bruto dan neto, mari kita bahas definisi masing-masing:

1. Bruto

Bruto adalah total pendapatan atau nilai sebelum ada potongan atau pengurangan apapun. Dalam konteks pajak, bruto dapat merujuk pada total penghasilan sebelum dipotong dengan pajak penghasilan, potongan kesehatan, atau potongan lainnya.

Contoh penggunaan bruto adalah saat seseorang menerima gaji bulanan sebesar Rp 10 juta. Jika gaji tersebut merupakan gaji bruto, maka jumlah yang diterima sebesar Rp 10 juta adalah sebelum dipotong pajak penghasilan, potongan pensiun, atau potongan kesehatan lainnya.

2. Neto

Neto adalah total pendapatan atau nilai setelah dipotong dengan semua pengurangan yang diperlukan. Dalam konteks pajak, neto mengacu pada jumlah yang sebenarnya diterima setelah dikurangi dengan pajak penghasilan, potongan kesehatan, atau potongan lainnya.

Continuing the example above of a monthly salary of Rp 10 million, jika jumlah yang diterima setelah dipotong pajak, potongan pensiun, dan potongan kesehatan adalah Rp 8 juta, maka Rp 8 juta tersebut merupakan gaji neto.

Perbedaan Bruto dan Neto

Perbedaan utama antara bruto dan neto terletak pada nilai yang dihitung. Bruto adalah total pendapatan atau nilai sebelum ada potongan apapun, sedangkan neto adalah total pendapatan atau nilai setelah dipotong dengan semua potongan yang diperlukan.

Baca Juga:  Pengertian Bahan Lunak Buatan

Bruto sering kali digunakan sebagai acuan atau dasar perhitungan untuk potongan-potongan tertentu, seperti pajak penghasilan atau potongan kesehatan. Sementara itu, neto adalah jumlah yang sebenarnya diterima oleh individu setelah dipotong dengan semua potongan yang diperlukan.

Contoh Penggunaan Bruto dan Neto dalam Pajak

Untuk lebih memahami penggunaan bruto dan neto dalam perhitungan pajak, berikut adalah sebuah contoh sederhana:

Seorang karyawan menerima gaji bulanan sebesar Rp 12 juta sebelum dipotong dengan pajak penghasilan. Jika tarif pajak penghasilan yang berlaku adalah 10%, maka pajak yang harus dipotong dari gaji bruto adalah Rp 1,2 juta.

Dengan demikian, gaji neto yang diterima oleh karyawan tersebut setelah dipotong pajak adalah Rp 10,8 juta (Rp 12 juta – Rp 1,2 juta).

Dalam contoh di atas, Rp 12 juta adalah gaji bruto karena merupakan total gaji sebelum dipotong dengan pajak. Sedangkan Rp 10,8 juta adalah gaji neto karena merupakan jumlah yang sebenarnya diterima setelah dipotong pajak.

Kesimpulan

Dalam perhitungan pajak, penting untuk memahami perbedaan antara bruto dan neto. Bruto mengacu pada total pendapatan atau nilai sebelum ada potongan apapun, sedangkan neto adalah total pendapatan atau nilai setelah dipotong dengan semua pengurangan yang diperlukan.

Bruto sering digunakan sebagai dasar perhitungan untuk potongan-potongan tertentu, seperti pajak penghasilan. Sementara itu, neto adalah jumlah yang sebenarnya diterima setelah dipotong dengan semua potongan yang diperlukan.

Dengan memahami konsep bruto dan neto dalam pajak, Anda dapat mengelola keuangan dengan lebih baik dan memastikan bahwa Anda membayar pajak dengan benar sesuai dengan aturan yang berlaku.

Langgeng

Geograf.id merupakan situs berita dan informasi terbaru saat ini. Kami menyajikan berita dan informasi teknologi yang paling update.
Back to top button