Dalam penulisan Bahasa Indonesia, seringkali kita menemui kata-kata yang tidak baku digunakan dalam suatu teks. Hal ini seringkali terjadi karena penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa contoh kata tidak baku yang sering digunakan dalam teks serta penjelasan mengapa kata tersebut dianggap tidak baku.
1. Penggunaan Kata “Kemaren”
Kata “kemaren” sering digunakan sebagai pengganti kata “kemarin”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “kemarin”. Penggunaan kata “kemaren” dianggap tidak baku karena tidak sesuai dengan ejaan yang benar dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan kata “kemaren” dalam penulisan teks agar teks terlihat lebih formal dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.
2. Penggunaan Kata “Bener”
Kata “bener” sering digunakan sebagai pengganti kata “benar”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “benar”. Penggunaan kata “bener” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk informal dari kata “benar”. Sebaiknya hindari penggunaan kata “bener” dalam teks resmi atau formal agar teks terlihat lebih profesional.
3. Penggunaan Kata “Gak”
Kata “gak” sering digunakan sebagai pengganti kata “tidak”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “tidak”. Penggunaan kata “gak” dianggap tidak baku karena termasuk ke dalam bentuk slang atau bahasa gaul yang tidak sesuai dalam konteks formal. Sebaiknya hindari penggunaan kata “gak” dalam teks resmi atau akademis agar teks terlihat lebih sopan dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.
4. Penggunaan Kata “Bikin”
Kata “bikin” sering digunakan sebagai pengganti kata “membuat”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “membuat”. Penggunaan kata “bikin” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk singkatan yang kurang formal dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Sebaiknya hindari penggunaan kata “bikin” dalam karya tulis formal agar teks terlihat lebih profesional.
5. Penggunaan Kata “Nge-
Banyak orang menggunakan awalan “nge-” untuk menggantikan awalan “me-” atau “meng-“. Contoh penggunaan kata “ngegosip” daripada “menggosip” atau “megosip”. Penggunaan awalan “nge-” dianggap tidak baku karena bukan termasuk dalam kaidah tata bahasa yang benar. Sebaiknya hindari penggunaan awalan “nge-” dalam penulisan teks formal agar teks terlihat lebih rapi dan sesuai dengan norma bahasa yang berlaku.
6. Penggunaan Kata “Ngomong”
Kata “ngomong” sering digunakan sebagai pengganti kata “berbicara”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “berbicara”. Penggunaan kata “ngomong” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk singkatan yang kurang formal dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Sebaiknya hindari penggunaan kata “ngomong” dalam penulisan teks resmi agar teks terlihat lebih profesional dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.
7. Penggunaan Kata “Bosen”
Kata “bosen” sering digunakan sebagai pengganti kata “bosan”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “bosan”. Penggunaan kata “bosen” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk slang atau bahasa gaul yang kurang formal dalam konteks penulisan. Sebaiknya hindari penggunaan kata “bosen” dalam teks resmi atau akademis agar teks terlihat lebih sopan dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.
8. Penggunaan Kata “Ngeliat”
Kata “ngeliat” sering digunakan sebagai pengganti kata “melihat”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “melihat”. Penggunaan kata “ngeliat” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk singkatan yang kurang formal dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Sebaiknya hindari penggunaan kata “ngeliat” dalam penulisan teks formal agar teks terlihat lebih profesional dan sesuai dengan norma bahasa yang berlaku.
9. Penggunaan Kata “Ketemu”
Kata “ketemu” sering digunakan sebagai pengganti kata “bertemu”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “bertemu”. Penggunaan kata “ketemu” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk singkatan yang kurang formal dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Sebaiknya hindari penggunaan kata “ketemu” dalam penulisan teks resmi agar teks terlihat lebih profesional dan sesuai dengan norma bahasa yang berlaku.
10. Penggunaan Kata “Nulis”
Kata “nulis” sering digunakan sebagai pengganti kata “menulis”. Namun, sebenarnya kata yang benar adalah “menulis”. Penggunaan kata “nulis” dianggap tidak baku karena merupakan bentuk singkatan yang kurang formal dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Sebaiknya hindari penggunaan kata “nulis” dalam penulisan teks formal agar teks terlihat lebih profesional dan sesuai dengan norma bahasa yang berlaku.
Penutup
Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa penggunaan kata tidak baku dalam suatu teks dapat mempengaruhi kesan dan kualitas teks tersebut. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperhatikan penggunaan kata-kata yang baku dalam penulisan teks agar teks terlihat lebih profesional, formal, dan sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan meningkatkan pemahaman kita tentang penggunaan kata tidak baku dalam teks.