Berikut Ini Yang Bukan Merupakan Bagian Dari Pembahasan Resensi Adalah

Pendahuluan

Dalam dunia literasi, resensi merupakan salah satu karya tulis yang banyak diminati oleh masyarakat. Resensi sendiri adalah suatu ulasan atau tinjauan yang berisi pendapat, analisis, serta evaluasi terhadap suatu karya tulis, baik itu berupa buku, film, musik, maupun karya seni lainnya. Namun, di balik keragaman topik yang bisa dibahas dalam resensi, ada beberapa hal yang sebaiknya tidak menjadi bagian dari pembahasan. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa saja yang bukan merupakan bagian dari pembahasan resensi.

Biografi Penulis

Salah satu hal yang tidak seharusnya menjadi bagian dari resensi adalah biografi atau sejarah hidup dari penulis karya yang sedang diulas. Meskipun informasi mengenai latar belakang penulis bisa memberikan konteks dan pemahaman lebih dalam terhadap karya yang dibuatnya, namun hal ini sebaiknya tidak dijadikan fokus utama dalam resensi. Sebagai gantinya, sebaiknya pemahaman tentang latar belakang penulis diarahkan untuk memahami alasan-alasan atau motivasi karya yang dihasilkannya.

Contoh:
Sebuah resensi terhadap novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata sebaiknya tidak terlalu banyak memasukkan informasi mengenai kehidupan pribadi Andrea Hirata, namun lebih difokuskan pada analisis tentang cerita, karakter, serta tema yang diangkat dalam novel tersebut.

Sinopsis Berlebihan

Ketika menulis resensi, sangat penting untuk tidak memberikan sinopsis yang terlalu panjang dan detail. Pembaca ingin mendapatkan gambaran umum tentang karya yang diulas, bukan cerita lengkapnya. Terlalu banyak sinopsis dapat mengurangi kejutan dan kepuasan pembaca saat mereka akhirnya membaca atau menonton karya tersebut.

Contoh:
Dalam resensi film “Parasite” karya Bong Joon-ho, sebaiknya tidak terlalu banyak membahas plot cerita secara detail dan lebih difokuskan pada analisis tema, akting para aktor, serta pesan yang ingin disampaikan dalam film tersebut.

Baca Juga:  Musik Tradisional Yang Bukan Berasal Dari Sulawesi Selatan Adalah

Penilaian Berdasarkan Kriteria Pribadi

Penilaian dalam resensi sebaiknya didasarkan pada kriteria-kriteria umum yang berlaku untuk karya jenis tersebut, bukan hanya dari sudut pandang pribadi penulis. Meskipun pendapat pribadi penting untuk disertakan, namun sebaiknya pembahasan lebih difokuskan pada analisis yang lebih obyektif.

Contoh:
Dalam resensi buku “Harry Potter and The Sorcerer’s Stone” karya J.K. Rowling, sebaiknya tidak terlalu banyak memasukkan pendapat pribadi penulis tentang genre fantasi, namun lebih difokuskan pada analisis plot, karakter, serta kekuatan dan kelemahan dari penulisan J.K. Rowling.

Penjelasan Terlalu Teknis

Resensi sebaiknya tidak terlalu teknis dan terlalu dalam dalam memberikan penjelasan. Meskipun analisis yang mendalam penting untuk memberikan gambaran yang jelas, namun terlalu banyak istilah teknis bisa membuat pembaca merasa terjebak dalam pembahasan yang sulit dipahami.

Contoh:
Dalam resensi album musik “Thriller” karya Michael Jackson, sebaiknya tidak terlalu banyak membahas teori musik secara teknis, namun lebih difokuskan pada bagaimana album tersebut mempengaruhi industri musik dan pengaruhnya terhadap pendengar.

Kesimpulan

Dalam menulis resensi, sangat penting untuk memahami apa saja yang bukan merupakan bagian dari pembahasan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, resensi yang dihasilkan akan lebih efektif dan informatif bagi pembaca. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tanpa harus terjebak dalam pembahasan yang kurang relevan atau terlalu teknis.

Dengan mengingat hal-hal tersebut, kita sebagai penulis resensi bisa memberikan ulasan yang lebih berkualitas dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pembaca.

Taufik

Geograf.id merupakan situs berita dan informasi terbaru saat ini. Kami menyajikan berita dan informasi teknologi yang paling update.
Back to top button