Pengenalan
Islam adalah agama yang mengajarkan keimanan kepada Allah SWT dan segala aturan serta ketetapan-Nya. Dalam ajaran Islam, takdir merupakan salah satu konsep penting yang diyakini oleh umat Islam. Namun, terdapat orang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada takdir. Artikel ini akan membahas mengapa orang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada takdir dianggap sebagai hal yang kontroversial dalam masyarakat Muslim.
Apa Itu Takdir dalam Islam?
Sebelum membahas lebih jauh tentang orang yang tidak beriman kepada takdir, mari kita pahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan takdir dalam Islam. Takdir merujuk pada kepercayaan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini telah ditentukan oleh Allah SWT. Takdir mencakup segala hal mulai dari kelahiran, kematian, rezeki, hingga kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid: 22).
Dari ayat tersebut, dapat dipahami bahwa takdir merupakan salah satu ajaran dasar dalam Islam yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Segala sesuatu yang terjadi telah ditentukan oleh Allah SWT dan manusia diperintahkan untuk menerimanya dengan penuh keimanan dan ketundukan.
Kontroversi Orang yang Tidak Beriman kepada Takdir
Meskipun takdir merupakan konsep yang sangat penting dalam Islam, terdapat orang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada takdir. Hal ini tentu saja menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Muslim. Sebagian masyarakat cenderung menganggap bahwa orang yang tidak beriman kepada takdir tidak dapat dikategorikan sebagai orang yang beriman kepada ajaran Islam secara utuh.
Beberapa alasan yang mendasari kontroversi ini antara lain adalah karena penolakan terhadap takdir merupakan penolakan terhadap kehendak dan ketetapan Allah SWT. Sebagai umat Islam, keimanan kepada takdir merupakan salah satu bentuk pengakuan akan kekuasaan dan kebijaksanaan Allah. Dengan tidak beriman kepada takdir, seseorang seakan-akan meragukan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya.
Selain itu, kontroversi juga muncul karena penolakan terhadap takdir seringkali berdampak pada sikap dan tindakan yang kurang bertanggung jawab. Orang yang tidak beriman kepada takdir cenderung menyalahkan nasib atau keadaan tanpa mau bertanggung jawab atas tindakan dan pilihan yang mereka ambil. Hal ini tentu saja bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya bertanggung jawab atas segala perbuatan dan keputusan yang diambil.
Pengaruh Lingkungan dan Pendidikan
Penolakan terhadap takdir bisa dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan yang diterima seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak memberikan pemahaman yang cukup mengenai takdir atau pendidikan agama yang kurang memadai, cenderung lebih mudah terpengaruh dan menolak takdir.
Disamping itu, pengaruh budaya dan lingkungan juga dapat membuat seseorang cenderung menyalahkan takdir atas segala peristiwa buruk yang menimpanya. Hal ini terjadi ketika seseorang tidak memahami bahwa takdir tidak hanya mencakup hal-hal buruk, tetapi juga hal-hal baik yang terjadi dalam kehidupan.
Mengapa Orang yang Tidak Beriman kepada Takdir Dianggap Kontroversial?
Dari berbagai alasan di atas, tidak mengherankan jika orang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada takdir dianggap sebagai hal yang kontroversial. Kontroversi ini tidak hanya muncul di kalangan masyarakat, tetapi juga di lingkungan keluarga dan pergaulan sehari-hari.
Sebagai orang yang tidak beriman kepada takdir, seringkali sikap dan pengambilan keputusannya tidak didasari oleh keimanan yang kuat, tetapi oleh ketidakpercayaan terhadap ketetapan Allah SWT. Hal ini dapat menciptakan ketidakharmonisan dalam hubungan dengan Allah, dengan orang lain, dan dengan dirinya sendiri.
Sebagai umat Islam, keyakinan kepada takdir juga sejalan dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala yang telah diberikan. Dengan tidak beriman kepada takdir, seseorang dapat kehilangan rasa syukur dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
Sikap dan Solusi dalam Menghadapi Orang yang Tidak Beriman kepada Takdir
Sebagai umat Islam, penting untuk menghadapi orang yang tidak beriman kepada takdir dengan sikap bijaksana dan penuh kasih sayang. Menghakimi atau memojokkan mereka bukanlah solusi yang tepat, tetapi memberikan pemahaman dan dukungan yang tepat dapat memberikan dampak positif bagi mereka.
Sikap yang penuh kasih sayang sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya membangun kebaikan dan memberikan pengertian kepada sesama. Dengan memberikan pemahaman yang tepat, seseorang yang awalnya tidak beriman kepada takdir dapat membuka hati dan pikirannya untuk menerima kebenaran ajaran Islam.
Selain itu, penting juga untuk mendorong pendidikan agama yang lebih baik dan menyeluruh di lingkungan sekolah, masjid, dan masyarakat. Pendidikan yang baik akan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang luas akan ajaran Islam, termasuk konsep takdir yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam.
Kesimpulan
Orang yang mengaku Islam tetapi tidak beriman kepada takdir dianggap kontroversial dalam masyarakat Muslim karena bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Penolakan terhadap takdir dapat dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan, serta pengaruh budaya yang kurang mendukung.
Kontroversi ini mempengaruhi hubungan antar sesama, hubungan dengan Allah, serta keharmonisan dalam menjalani kehidupan. Dalam menghadapi orang yang tidak beriman kepada takdir, sikap penuh kasih sayang dan memberikan pemahaman yang tepat dapat membuka hati dan pikiran mereka untuk menerima kebenaran ajaran Islam.
Dengan demikian, penting untuk terus memberikan pemahaman yang benar dan mendorong pendidikan agama yang lebih baik dalam rangka memperkokoh keimanan umat Islam kepada takdir sebagai salah satu konsep penting dalam menjalani kehidupan.
Dengan demikian, kesadaran akan keberadaan dan keberlakuan takdir Allah SWT dalam kehidupan akan semakin meningkat, sehingga tercipta masyarakat Muslim yang memiliki keyakinan yang kuat dan berkepribadian dalam menjalani kehidupan sehari-hari.